Posted by : Unknown
Jumat, 31 Januari 2014
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا نُودِيَ لِلصَّلاةِ مِنْ يَوْمِ الْجُمُعَةِ فَاسْعَوْا إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ وَذَرُوا الْبَيْعَ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ (٩)
Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS: AL Jumu’ah : 9)
Sholat jum'at berasal dari kata al-jam’u yang berarti perkumpulan, jadi maksudnya pada hari itu banyak orang berkumpul di masjid untuk melaksanakan ibadah kepada alloh SWT. Sholat jum'at merupakan kewajiban setiap muslim khususnya laki-laki. Selain sebuah kewajiban, sholat jum'at memiliki banyak keutamaan. Diantaranya hari yang utama dari hari lainnya, waktu yang baik untuk berdoa dan bersedekah, wafat hari jumat tanda khusnul khotimah.
Dari sekian banyak keutamaan, ada perbedaan sholat dzuhur dengan sholat jum'at. Kalau sholat dzhuhur 4 rakaat, sholat jum'at cukup dua rakaat ditambah khutbah. Yang menarik adaalah penempatan khutbah yang menjadi rukun sholat jum'at. Menurut saya itu tepat karena setelah seminggu beraktivitas perlu ada ajakan dan seruan kembali tentang ketaqwaan, karena tidak semua orang mau ngaji. Di dalam khutbah khotib wajib mengawali dengan ajakan taqwa kepada alloh SWT. Jadi kalo ada khotib yang mengulang-ulang ayat tentang ketaqwaan itu bukan berarti khotib tidak kreatif tapi karena itu rukun khutbah.
Sayangnya di desa dan di kampung-kampung, kesakralan dan manfaat khutbah jum'at tidak begitu terasa. Khutbah layaknya dongeng-dongeng yang dibacakan untuk meninabobokkan jam'ah. Gimana tidak, khatib di desa-desa bisanya orang yang sudah tua, suaranya sudah tidak lantang, kadang menggundnakan bahasa jawa alus, materi itu-itu aja, ditambah cara penyampaian yang monoton. Lengkap sudah merka yang sudah lelah beraktivitas di beri dongeng pengantar tidur, alhasil cuma khotib yang tidak tidur saat khutbah. Kalo pun di tinggal pulang sama jama'ah mungkin khotib ga tau,. heee
Malah ada di deket kampungku khotib baca buku yang tidak pernah ganti-ganti. Bukunya itu-itu aja sampe mau sobek, jadi prinsipnya kalo sudah habis di ulang lagi dari depan. Padahal menurut saya khutbah jum'at itu punya peran penting dalam membentuk karakter jama'ah. Siapa coba yang bisa ngumpulin orang sebanyak itu secara rutin untuk mendengarkan khutbah. Maka khutbah jum'at harus di jadikan momentum untuk merubah karakter masyarakat. Seperti di kota-kota besar yang notabene sudah modern, mau menerima khotib dari luar yng di anggap bisa memberikan pencerahan. Atau anak-anak muda juga perlu diberi kesempatan untuk menyampaikan khutbah, tidak sedikit justru malah anak muda bisa menyampaikan dengan energik, berbobot dan menyentuh.
Sayangnya di desa dan di kampung-kampung, kesakralan dan manfaat khutbah jum'at tidak begitu terasa. Khutbah layaknya dongeng-dongeng yang dibacakan untuk meninabobokkan jam'ah. Gimana tidak, khatib di desa-desa bisanya orang yang sudah tua, suaranya sudah tidak lantang, kadang menggundnakan bahasa jawa alus, materi itu-itu aja, ditambah cara penyampaian yang monoton. Lengkap sudah merka yang sudah lelah beraktivitas di beri dongeng pengantar tidur, alhasil cuma khotib yang tidak tidur saat khutbah. Kalo pun di tinggal pulang sama jama'ah mungkin khotib ga tau,. heee
Malah ada di deket kampungku khotib baca buku yang tidak pernah ganti-ganti. Bukunya itu-itu aja sampe mau sobek, jadi prinsipnya kalo sudah habis di ulang lagi dari depan. Padahal menurut saya khutbah jum'at itu punya peran penting dalam membentuk karakter jama'ah. Siapa coba yang bisa ngumpulin orang sebanyak itu secara rutin untuk mendengarkan khutbah. Maka khutbah jum'at harus di jadikan momentum untuk merubah karakter masyarakat. Seperti di kota-kota besar yang notabene sudah modern, mau menerima khotib dari luar yng di anggap bisa memberikan pencerahan. Atau anak-anak muda juga perlu diberi kesempatan untuk menyampaikan khutbah, tidak sedikit justru malah anak muda bisa menyampaikan dengan energik, berbobot dan menyentuh.
Sudah saatnya para alim, ulama, kiyai, toko dan pemerintah memikirkan nasib para khotib, nasib secara materi maupun secra keilmuan. Bila perlu ada anggaran bantuan buat khotib, pelatihan dan pendampingan khotib secara berkala dari Depag atau ormas islam. Bayangkan kalo khotib dengan bahasa yang menggugah dan menginspirasi secara bertahap mampu meningkatkan kesadaran bersedekah semisal, maka saya yakin kota infak di masjid juga bisa penuh tidak dalam jangk waktu yang lama. Belum lagi ajakan untuk mendirikan sholat, yang secra berkala dan terus menerus disampaikan dengan gaya yang santun dan menggugah, bukan dengan dongeng. Saya yakin lamban laun ada sedikit perubahan pada karakter jama'ah, khususnya di desa. Tidak melulu persoalan aqidah, akhlak atau ibadah. Tapi bisa juga masalah keumatan seperti, pendidikan, budaya, politik dll, tapi tetap bersumber pada al quran dan hadis.
Hidup Khotib!!
Hidup Khotib!!
- Back to Home>
- Gagasan >
- Membangun Karakter melalui Khutbah Jum'at
![](http://img2.blogblog.com/img/icon18_edit_allbkg.gif)